Kamis, 17 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT: MENGHITUNG KEPADATAN LALAT




LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR
MENGHITUNG KEPADATAN LALAT





Disusun oleh :
Nama               : Ringga Ayu Purwita Ratni
NIM                : J410140044
Kelas/Shift      : B/B ke C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
A.    PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Lalat adalah hewan yang dapat dijumpai dimana saja, hampir dapat di temukan di semua tempat. Lalat dapat mengancam kesehatan manusia dengan cara memindahkan penyakit sehingga lalat sebagai perantara penyakit. Lalat terbang dan hinggap diberbagai tempat, termasuk ke tempat-tempat yang kottor dan membawa patogen dari tempat tersebut, yang kemudian hinggap di makanan manusia (penyebaran mekanis). Dengan adanya lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia, melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya. Penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat beberapa diantaranya adalah jenis food/waterborne seperti kolera, tipes, dan disentri. Indonesia memiliki dua iklim yang merupakan daerah tropis sehingga lalat untuk dapat berkembangbiak dengan baik. Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan dilakukan. Perhitungan kepadatan lalat pada suatu tempat merupakan hal yang penting karena lalat sebagai salah satu indikator sebuah tempat bersih atau tidak. . Dalam menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat. Untuk itu diperlukan praktikum pengukuran kepadatan lalat disuatu tempat untuk menentukan apakah daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang sederhana adalah dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal. Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat adalah tempat pembuangan sampah dan peternakan. Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan yaitu sebagai vektor pembawa penyakit. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya.


2.      TUJUAN
a)      Mengetahui berapa pentingnya lalat sebagai vektor penyakit.
b)      Mengetahui populasi kepadatan lalat di suatu wilayah tertentu.






B.     ALAT DAN BAHAN
1.      Fly grill
2.      Counter
3.      Stop watch
4.      Masker
5.      Sarung tangan



C.     HASIL DAN PEMBAHASAN

Menghitung kepadatan lalat dengan menentukan lokasi terlebih dahulu untuk menghitung kepadatan lalat yaitu lokasi pertama pada PTS dengan meletakkan flygrill pada 4 titik ( selatan, utara, timur dan bagian tengah PTS ) dan  lokasi kedua  berada dikandang burung puyuh dengan 4 titik peletakan fly grill. Fly grill merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill dapat dibuat dari bilah-bilah kayu yang lebarnya 1,9 cm dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing masing 82 cm sebanyak 21 dan dicat dengan warna kuning, putih ataupun merah. Bilah-bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2,2 cm  pada kerangka kayu yang telah disiapkan dan pemasangan bilah kayu pada kerangkanya yang dapat dibongkar pasang. Fly grill dipakai untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan Fly grill pada tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya. Kemudian dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas Fly grill dengan menggunakan alat penghitung (hand counter ) selama 30 detik. Sedikitnya  pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan kemudian dari 5 kali hasil perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata ratanya dan dicatat dalam kartu hasil perhitungan . Hal utama yang harus disiapkan alat dan bahan yaitu terdiri dari flygrill, counter, stop watch dan APD. Kemudian menentukan lokasi untuk meletakkan flygrill pada tempat yang populasi lalatnya tinggi. Kemudian menghitung jumlah lalat yang hinggap di atas Fly grill dengan menggunakan alat penghitung counter selama 30 detik yang dilakukan 10 kali perhitungan kemudian dari 5 kali hasil perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata ratanya dan dicatat dalam kartu hasil perhitungan. Ulangi ditempat yang berbeda sebanyak 4 tempat yang berbeda dengan setiap setiap tempat dilakukan penghitungan selama 30 detik sebanyak sepuluh kali titik.









Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal dan dimanfaat kan oleh manusia. Prinsip dari metode pengendalian lalat adalah  pengendalianitu dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia. Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti: bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit.
Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000 sampai 100.000 spesies lalat. Namun tidak semua spesies ini perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan.
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup diantara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap saat hinggap di suatu tempat, kurang dari lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuanlensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Lalat banyak jenisnya, tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah Musca domestica. Lalat ini biasanya hidup disekitar manusia dan aktivitas-aktivitas manusia. Jenis lalat penting dilihat dari kesehatan masyarakat, karena dapat menularkan 100 jenis patogen yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia. Beberapa penyakit akibat lalat antara lain diarrhea, dysenterie basillaris, typhus abdominalis, amoebiasis, cholera, ascaris, dan ancylostomiasis. Cara hidup, biologi, dan tingkah laku setiap spesies lalat pada dasarnya antara satu dengan lainnya adalah sama. Tempat perkembangbiakan lalat adalah tempat kotor. Pengetahuan tentang biologi, tingkah laku dan jenis lalat akan membantu usaha pengendalian dan penanggulangannya. Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sampah sangat erat hubungannya dengan timbul dan berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sampah maka masalah lalat juga merupakan masalah sosial. Karena itu dalam penanganannya perlu melibatkan masyarakat secara bersama-sama. Sampah yang mudah membusuk (garbage) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan-bahan organic yang membusuk, baunya merangsang lalat untuk datang mengerumuni karena bahan-bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka.

1.      Siklus hidup lalat melalui 4 stadium yaitu :

a)      Telur
                  Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab (sampah,kotoran binatang, dll) pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. Telur berwarna putih dan biasa menetas setelah 8-30 jam, tergantung dari suhu sekitarnya
Hasil gambar untuk gambar telur lalat
Telur lalat


b)      Larva
Pada stadium larva terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
Tingkat I : Telur yang jadi menetas, disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki sangat reaktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II (Dianing, 2010).
Tingkat II :   Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari, kulit mengelupas menjadi instar III (Dianing, 2010).
Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3-9 hari (Dianing, 2010).

larva lalat.jpg
Larva Lalat

c)       Pupa (Kepompong)
Pada masa kepompong, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari. Suhu yang disukai ± 35° C. Setelah stadium ini selesai, keluar lalat muda melalui celah lingkaran pada bagian anterior (Dianing, 2010).
pupa.jpg
Pupa lalat



d)      Lalat dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa ± 15 jam, setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang diperlukan 7-22 hari. Tergantung pada suhu setempat, kelembaban, dan  makanan yang tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450-900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angina, tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km (Dianing, 2010).


lalat dew.jpg
Lalat Dewasa



2.      Pola Hidup Lalat Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut :
a)      Tempat Perindukan Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja,sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif sangat disenangi oleh lalat dan larva lalat, sedangkan yang tercecer dipakai tempat berkembang biak lalat.
b)      Jarak Terbang. Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan yang tersedia.Jarak terbang efektif adalah 450 - 900 meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km.
c)      Kebiasaan Makan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makan yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu, dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang  basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
d)     Tempat Istirahat Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan yang tepi tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makannya atau tempat berkembang  biaknya, biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah.
e)      Lama Hidup Pada musim panas, berkisar antara 2-4 pekan. Sedangkan pada musim dingin  bisa mencapai 20 hari.
f)       Temperatur Lalat mulai terbang pada temperatur 15oC dan aktifitas optimumnya pada temperatur 2oC.Pada temperatur di bawah 7,5oC tidak aktif dan diatas 45oC terjadi kematian.
g)      Kelembaban Kelembaban erat kaitannya dengan temperatur setempat.
h)      Cahaya Lalat merupakan serangga yang bersifat  fototrofik, yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.


 Selanjutnya angka rata  rata hasil perhitungan digunakan sebagai petunjuk (indeks) populasi pada satu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil  pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi ( Blok Grill ) sebagai berikut :
a)      0-2 : Rendah atau tidak menjadi masalah  
b)      3-5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat  tempat berkembangbiakan lalat ( tumpukan sampah , kotoran hewan dan lain lain )
c)      6-20 : Tinggi / padat dan perlu pengamanan terhadap tempat  tempat berkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengandaliannya.
d)     >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat  tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan pengendalian lalat.

Lalat menyukai tempat-tempat yang berbau menyengat dan tempat yang cukup lembab. Sedangkan,warna yang disukai lalat umumnya adalah warna natural seperti warna cokelat pada batang dan hijau seperti buah atau sayur segar. Keberadaan lalat memang cukup mengganggu, tidak hanya dalam estetika saja, tetapi juga menyebabkan berbagai penyakit. Penyebaran penyakit akibat dari lalat memeili keterkaitan yang sangat erat. Maka dari itu kami menggunakan fly grill untuk mengetahui jumlah kepadatan lalat yang ada di PTS dan kandang burung puyuh.


3.      Jenis-jenis lalat antara lain :

a)      Lalat rumah (Musca domestica)
Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur
Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-350C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna. merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu
panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan. Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah.
Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang.

b)    Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
Menurut Sucipto (2011) bahwa, lalat kandang:
1)     Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah.
2)     Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan produksi susu. Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian bawah.
3)    Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian mulut (proboscis) meruncing untuk menusuk dan menghisap darah.
4)    Bagian toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang.
5)   Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta mendekati vena 3.
6)    Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian atas.Siklus hidup dari lalat kandang juga hampir sama dengan siklus hidup lalat pada umumnya. Yang membedakannya yakni pada lama berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada siklus pradewasa (pupa). Dan cenderung menghisap darah. Tahap larva berlangsung selama 1-3 minggu, kemudian menjadi pupa dan akan muncul stadium pradewasa setelah satu minggu atau lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar matahari serta termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukan.

c)        Lalat Hijau (Phenisial)
Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat hijau termasuk kedalam family Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang sampai besar dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1)  Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap.
2)  Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari      hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-buahan.
3)  Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar.
4)  Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides, Trichuris trichiura dan cacing kait pada bagian  tubuh luarnya dan pada lambung lalat.

d)        Lalat Daging (Sarchopaga)
Menurut Sucipto (2011) bahwa Lalat daging termasuk dalam family Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya.
2)   Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur.
3)   Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang membusuk.
4)    Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung telur cacing Ascaris lumbricoidesdan cacing cambuk.

e)         Lalat Kecil (Fannia)
Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house flies. Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang atau unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai keadaan sejuk dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat jantan berkeliling di sekitar lampu-lampu yang menggantung (Sucipto, 2011).Pada umumnya segala jenis atau spesies lalat memiliki kecenderungan pola hidup dan siklus hidup yang hampir sama. Namun pada keadaan-keadaan tertentu dan tempat-tempat tertentu ada lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi hal ini tidak mempungkiri  bahwa spesies-spesies lalat yang telah disebutkan diatas merupakan vektor pembawa penyakit dan merupakan hewan pengganggu yang harus dikendalikan sehingga perlu diketahui siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk dikendalikan

D.    KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum survey kepadatan lalat dapat disimpulkan bahwa lalat merupakan serangga dari ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Survei lalat dilakukan dengan menggunakan alat fly grill pada 8 titik yang berbeda di tiga tempat yang dianggap sebagai sarang perkembangbiakan lalat di Kartasura. Dari kedua tempat tersebut antara lain TPS Terminal Kartasura dan kandang burung puyuh. Lokasi TPS Terminal Kartasura memperoleh jumlah rata-rata 49,6. Dengan hasil 49,6 tersebut, maka di lokasi TPS Terminal Kartasura termasuk dalam kategori sangat tinggi yang membuktikan bahwa populasi padat dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian. Sedangkan di Kandang burung puyuh memperoleh jumlah rata-rata 54,2. Dengan hasil 54,2 tersebut, maka di lokasi kandang burung puyuh termasuk dalam kategori sedang yang membuktikan bahwa di kandang puyuh dalam kategori sangat tinggi. Kartasura perlu dilakukan pengamatan tempat berbiaknya lalat. Dari kedua tempat penghitungan yang berbeda, kandang burung puyuh yang merupakan populasi lalat terpadat dengan rata-rata  54,2. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamanan tempat berbiaknya lalat dan perlu dilakukan pengendalian vektor lalat di kandang burung puyuh. Tingginya populasi kepadatan lalat diperlukan penanganan tindakan pengendalian dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat, sehingga nantinya lalat tersebut tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.




E.     SARAN
Pengukuran kepadatan lalat sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada saat siang hari populasi lalat akan semakin berkurang dan ketika aktifitas manusia yang tidak padat pada dititik yang diukur juga akan mempengaruhi adanya lalat yang menempel pada flygrill.





























DAFTAR PUSTAKA

Devi Nuraini Santi. 2010. Manajemen Pengendalian Lalat. Fakultas   Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan

Isna Nuraini. 2013. Laporan Praktkum Parasitologi Tentang Identifikasi Lalat. Politeknik Kemenkes Yogyakarta. Yogyakarta.

Jannah, Dewi Nur. (2006).
 Perbedaan Kepadatan Lalat pada Berbagai Warna Fly Grill 

Putri Dianing Wijayanti. 2010. Hubungan Kepadatan lalat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Jakarta

Sucipto, CD.2011. Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing. Yogjakarta



























1 komentar: